Wednesday, November 5, 2008

PENGERTIAN SENI

Pengertian Seni
II.1 Seni dalam Berbagai Istilah
  • Dalam bahasa Sansekerta, kata “seni” berasal dari kata “Sani” yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur.
  • Dalam Bahasa Belanda, kata ‘seni” berasal dari kata “Genie” atau Jenius. Kedua asal kata ini memberi gambaran yang jelas tentang aktivitas apa yang sekarang ini dibawakan oleh istilah tersebut. Artinya yaitu pemujaan atau dedikasi, pelayanan ataupun donasi yang dilaksanakan dengan hormat dan jujur, yang untuk melakukannya diperlukan bakat dan kejeniusan.
  • Sedangkan dalam Bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Kagunan” – sesuatu produk kegiatan yang menggambarkan kehalusan jiwa manusia yang indah-indah.
  • Umumnya tekanan produk “kagunan” ini pada kerumitan dalam pengerjaannya, seperti tatahan wayang kulit, atau batik tulis yang halus.
  • Berkaitan dengan istilah “kagunan”, dalam bahasa Sansekerta terdapat istilah “çilpa”. Sebagai kata sifat, “çilpa” berarti Berwarna, kata jadiannya disebut “su-çilpa” berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihias yang indah. Sedangkan orang yang ahli membuatnya(seniman) disebut “çilpin”.
  • Sebagai kata benda, ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriyaan yang artistik.
  • Dalam konteks zaman itu: Konsep Seni adalah Ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif.
  • Dalam Bahasa Latin pada Abad Pertengahan terdapat istilah “ars”, “artes” dan “artista”
  • “Ars” adalah teknik atau craftmanship, ketangkasan, kemahiran dalam mengerjakan segala sesuatu.
  • “Artes” adalah kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan.
  • “Artista” adalah anggota yang ada dalam kelompok artes tersebut.
  • Istilah Artista sama artinya dengan “çilpin”(bahasa Sansekerta).
  • Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi l’arte (ltalia), l’art (perancis), el’arte (Spanyol) dan Art (english).
  • Fine Arts / Beaux Arts:
  • (abad ke-17 sampai 19)
  • Pada abad ke-17, para seniman sekitar Eropa sedang mencari kebebasan dalam hal kreativitas. Mereka memandang ruang lingkup untuk berkarya pada masa Abad Pertengahan dan Renaisans telah sedemikian membatasi. Beberapa seniman memperoleh keuntungan dengan berkarya kepada kerajaan dan para bangsawan, di samping juga bekerja untuk dijual secara langsung pada para kolektor seni pribadi. Kebebasan ini justru malah membuat kreativitas semakin kehilangan daya kualitas artistik mereka. Pada akhirnya, Akademi Seni menjadi tempat atau wadah yang penting untuk meningkatkan jalan masuk sebuah keprofesian, tanpa harus terikat aturan dan di bawah kepentingan pesanan.
  • The Académie des Beaux-Arts (Academy of Fine Arts), didirikan di Paris, Perancis pada tahun 1648, secara khusus menekankan beberapa perbedaan disiplin seni: seni lukis, seni patung dan arsitektur dengan nama “beaux-arts”, yang berarti “fine arts.”

Perkembangan Seni

  • Seni dalam konteks pramodern, adalah kehidupan itu sendiri. Ia adalah perayaan permukaan sekaligus kedalaman, berurusan dengan hal paling sepele sekaligus paling serius. Urusan pernak-pernik sesajen adalah sekaligus urusan makna hidup dan mati.
  • Seni adalah kepanjangan imajinasi religius tentang realitas yang misterius dan merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup keseharian dan ritus. Karakter dasar bentuknya simbolis dan dekoratif.
  • Dalam alam modern halnya menjadi berbeda. Di dunia Barat, kemodernan berarti fajar rasionalitas dan senjakala religiusitas.
  • Kemodernan adalah proses makin sentralnya pranata-pranata rasional-teknis dan makin tersisihnya pranata-pranata religius. Bidang-bidang kehidupan dipilah-pilah agar dapat lebih ditata secara rasional.
  • Manusia dan dunianya dianggap sebagai sesuatu yang otonom. Demikian juga manusia sebagai individu. Bersamaan dengan itu, seni pun menjadi wilayah otonom yang terlepas dari pranata religius.
  • Slogan: l’art pour l’art
  • Dan akhirnya yang penting adalah "konsep" itu sendiri. Pada titik ini ungkapan bentuk menjadi semena-mena, tanpa rambu, tanpa tata cara. Seni tak lagi mesti berbentuk karya rupa, gerak, kata ataupun suara. Sebagai "karya" ia bisa dalam bentuk apa saja, yang penting akhirnya adalah bahwa ia hadir sebagai "peristiwa". Ia bukan lagi "representasi" beku dan baku dari denyut aliran kehidupan. Ia adalah "presentasi" denyut dan gerak aliran kehidupan itu sendiri.
  • Seni kontemporer abad 20-21 mewarisi suasana akhir macam itu. Seperti kehabisan lahan eksplorasi, secara teknis dan bentuk ungkapan, ia tak lagi melahirkan banyak pembaruan berarti.
  • Selebihnya adalah pembaruan yang dimunculkan oleh aliansinya dengan perkembangan teknologi.
  • Sebutan-sebutan yang kerap dikenakan padanya kini macam seni multimedia, new-media, instalasi, dan seni performa adalah istilah-istilah payung umum yang menunjukkan campur aduknya kategori dan kesulitan untuk mengadakan pemilahan ketat dan spesifik bentuk-bentuk kesenian kini.